Jumat, 05 Februari 2010

Wiraraja Tonggak Sejarah lahirnya pemerintahan Songgennep

Pada tahun 1268-1292 Kerajaan Singosari dipimpin oleh Raja Kertanegara yang mempunyai dua orang menantu diantaranya Raden Wijaya dan Raden Ardaradja. Pada batu bersurat yang ada di desa Butak diceritakan, bahwa pada suatu hari Raja Kertanegara diserang oleh jayakatwang dari negeri gelang-gelang (Daha), yang maksudnya untuk menjatuhkan Kertanegara beserta singasananya dinegeri Tumampel. Setelah mendengar bahwa musuhnya datang, dikirimlah Raden Wijaya dan Raden Ardaradja untuk memukul mundur musuhnya. Di Kampung kedung Peluk keduanya bertemu dan disanalah api peperangan mulai dikobarkan. lawan dapat dikalhkan dan mereka lari tunggang langgang kekampung Lemah Batang dan Pulungan. Tetapi dari kampung Rakut

Kamis, 04 Februari 2010

Sejarah permulaan Pulau Madura


Menurut Cerita Purbakala (antara tahun 78) datanglah Adji Saka dari negeri Campa yang memperkenalkan kebudayaaan hindu ke pulau Jawa dan Madura. Pada saat itu pula dimulailah perhitungan tahun Saka dan memperkenalkan huruf :

hanacaraka,
data sawala,
padadjajanja,
magabatanga,


yang artinya :

dua orang pengikut Adji Saka
tersentuh dalam perkelahian,
sama-sama menunjukkan kekuatan,
mereka hancur lebur menjadi bangkai.


Dengan demikian setahap demi setahap kebudayaaan hindu mulai tersebar dan menurut cerita, Orang Jawa dan Madura mulai diperkenalakan dengan ajaran baru dengan adanya kepercayaan terhadap :
-Brahma
-Siwa
-Wisnu


Beberapa abad kemudian, diceritakan bahwa ada suatu negara yang disebut Mendangkamulan dengan Rajanya yang bernama Sanghyangtunggal. Saat itu pulau Madura merupakan pulau yang terpecah belah, yang nampak hanya gunung Geger di kabupaten bangkalan dan Gunung Pajudan di kabupaten Sumenep. Di ceritakan bahwa Raja Sanghyangtunggal mempunyai anak yang bernama Bindoro Gung. Pada suatu waktu anak itu hamil dan diketahui oleh ayahnya. beberapa kali ayahnya menanyakan namun anaknya tidak tahu yang menyebabkan dia hamil. Pada Saat itu Raja sangat marah dan dipanggillah patihnya yang bernama Pranggulang untuk membunuh anaknya.

Selama pepatih itu tidak dapat membuktikan bahwa anak itu sudah dibunuh, ia tidak boleh kembali ke kerajaan. Patih Pranggulang menyanggupinya dan ia membawa anak raja itu ke hutan. Sesampainya dihutan Pranngulang mulai menghunus pedangnya dan mengayunkannya keleher gadis itu. Tetapi sebelum pedang tersebut sampai kelehernya pedang itu jatuh ketanah, dan kejadian itu terjadi berulang kali, sampai akhirnya dia yakin bahwa hamilnya Bendoro Gung bukan karena hasil perbuatannya sendiri.

Oleh karena itu ia tidak melanjutkan perbuatannya itu, tetapi ia memiilih untuk tidak kembali kekerajaan. Pada saat itu pula ia mengganti namanya dengan sebutan Kiyai Poleng. Ia lalu membuat serangkaian kayu dan menghanyutkan gadis itu ke Pulau "Maduoro". inilah asal nama pulau madura. Sebelum berangkat kiyai Poleng berpesan kepada Bendoro Gung, jika ada keperluan apa-apa, supaya ia memukulkan kakinya diatas tanah dan pada saat itu kiyai Poleng akan datang untuk membantunya. Selanjutnya rakit itu berlayar menuju Maduoro dan terdampar di Gunung Geger.

Lahirnya Raden Sagoro

Pada Suatu Saat si gadis hamil itu merasa perutnya sakit dan dengan segera ia memanggil kiyai Poleng. Tidak lama kemudian Kiyai Poleng datang dan ia mengatakan bahwa Bendoro Gung akan melahirkan. Tak lama lahirlah seorang anak laki-laki yang roman mukanya tampan dan diberi nama " Raden Sagoro " (sagoro=laut). Dengan demikian ibu dan anaknya yang bernama raden sagoro menjadi penduduk pertama di Pulau Madura.

perahu-perahu yang berlayar di sekitar pulau madura sering melihat adanya cahaya yang terang di tempat Raden sagoro tinggal, dan seringkali perahu-perahu tersebut berlabuh dan mengadakan selamatan di tempat itu. Dengan demikian tempat itu semakin lama semakin ramai karena sering kedatangan tamu terutama yang niatnya dapat terkabul untuk kepentingan pribadinya. Selain itu para pengunjung memberikan hadiah-hadiah kepada Ibu dari Raden Sagoro maupun kepada Raden Sagoro itu sendiri.

Setelah Raden Sagoro mencapai umur 3 tahun ia sering bermain api ditepi lautan dan pada suatu hari datanglah dua ekor ular naga yang sangat besar mendekati dia. Dengan ketakutan ia lari dan menjumpai ibunya dan mennceritakan semua yang dia alami. Ibunya merasa ketakuatan dan saat itu pula ia memanggil Kiyai Poleng dan pada saat itu pula ia menceritakannya. Kiyai Poleng lalu mengajak Raden Sagoro pergi ketepi pantai.

Pada saat itu memang benar datanglah dua ekor ular raksaasa dan Kiyai Poleng menyuruh Raden Sagoro supaya kedua ekor ular itu didekati dan ditanggakap lalu dibanting ke tanah. setelah melaksanakan perintah itu kedua ekor ular berubah menjadi dua buah tombak. Tombak itu kemudian diberi nama Nenggolo dan Aluquro. Kiyai poleng berpesan bahwa tombak bernama Aluquro disimpan di rumah dan tombak Nenggolo dibawah ketika berperang.
Diceritakan selanjutnya, menurut kepercayaan orang, dua buah tomabk tadi pada akhirnya sampai ketangan Pangeran Demang Palakaran, Raja Arosbaya. karena itu sampai saat ini kedua tombak tersebut menjadi Pusaka Bangkalan.

Demikian cerita tentang asal muasal adanya pendudu pertama di madura. cerita diatas dipetik dari Buku Sedjarah Madura Selajang Pandang karya Drs Abdurrahman